TUGAS KMB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN KELAINAN KATARAK
DISUSUN OLEH
KELOMPOK IV :
1.
ANIK MUSYAYADAH (200911054)
2.
EKA FEBRIANA (200911133)
3.
ERVAN ARIS S. (200911103)
4.
RIFKI FAISOLIDA (200911075)
5.
UMU MASLAHAH (200911161)
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
KAB. MOJOKERTO
2012
BAB I
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI
Katarak
adalah suatu kedaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi
keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta
yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana penglihatan seperti tertutup air terjun
akibat lensa yang keruh.
Kekeruhan
pada lensa yang kecil tidak banyak mengganggu penglihatan. Bila kekeruhannya
tebal maka penglihatan sangat terganggu sehingga perlu dilakukan tindakan pada
lensa yang keruh tersebut. Biasanya katarak yang mengakibatkan penglihatan yang
kabur dapat mengganggu penglihatan sehingga kadang-kadang sampai tidak melihat
atau berkabut tebal sekali.
B. KLASIFIKASI
KATARAK
1.
Development katarak
Pembentukan lensa fiber terganggu
selama pertumbuhan katarak congenital sejak sebelum berumur 1 tahun sudah
terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia
kehamilan masih dini. Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum
atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak
kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama
akibat penanganannya yang kurang tepat.
Katarak
kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang
menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis,
inklusi sitomegalik dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak
kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftalmus,
aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik,
displasia retina, dan megalo kornea.
Untuk
mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal
infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat
selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau
hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine
yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital
ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi
mental.
Pemeriksaan
darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak
kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50% katarak
kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi
yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu
leukokoria.
2. Degenarativ katarak (katarak
primer dan katarak komplikata)
a) Katarak
primer
(1) Katarak Juvenilis
Katarak yang lembek dan terdapat
pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia lebih
dari 1 tahun dan kurang dari 20 tahun. Katarak juvenil biasanya merupakan
kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit
penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya.
(2) Katarak
senile
Lensa fiber
sudah terbentuk tetapi karena suatu sebab sehingga terjadi degenerasi dan lensa
menjadi keruh ( katarak senile ) setelah usia 50 tahun akibat
penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun,
Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya
mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit
Mata, ed. 3). Katarak Senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium
:
(a)
stadium insipien
Kekaburan
dimulai pada bagian perifer lensa, lambat laun mengarah pada bagian inti lensa
mata sehingga menyerupai terali besi ( roda sepeda ). Pada keadaan ini biasanya
katarak stasioner.
(b)
stadium intumesen ( imatur )
Terjadi perubahan pada lensa, dimana lensa menjadi
bengkak dan menarik cairan dari jaringan sekitar. Kelainan yang nampak pada
keadaan ini adalah myopia, astigmatisme, bayangan iris pada lensa terlihat. Cembungnya
lensa akan mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi
sempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma.
(c)
stadium matur
Kekaburan
lensa lebih padat dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya, ini merupakan
stadium yang tepat untuk dilakukan operasi.
(d)
stadium hipermatur
Biasanya
akan ditemukan beberapa perubahan, katarak menjadi lembek, mencair atau menjadi
seperti susu. Kerusakan kapsul lensa yang lebih permeable sehingga isi korteks dapat
keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus lensa, keadaan
ini disebut katarak morgagni.
Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)
Insipien
|
Imatur
|
Matur
|
Hipermatur
|
|
Kekeruhan
|
Ringan
|
Sebagian
|
Seluruh
|
Masif
|
Cairan
Lensa
|
Normal
|
Bertambah
|
Normal
|
Berkurang
|
Iris
|
Normal
|
Terdorong
|
Normal
|
Tremulans
|
Bilik mata
depan
|
Normal
|
Dangkal
|
Normal
|
Dalam
|
Sudut
bilik mata
|
Normal
|
Sempit
|
Normal
|
Terbuka
|
Shadow
test
|
(-)
|
(+)
|
(-)
|
+/-
|
Visus
|
(+)
|
<
|
<<
|
<<<
|
Penyulit
|
(-)
|
Glaukoma
|
(-)
|
Uveitis+glaucoma
|
b) Katarak
Komplikata
Katarak
komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor
fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak
komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi,
ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan
sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai
satu mata. Merokok meningkatkan risiko berkembangnya katarak.
C.
ETIOLOGI
Katarak biasanya terjadi pada usia
lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor
lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak juga
dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1.
Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat
trauma/cedera pada mata.
2.
Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain,
seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau
diabetes melitus.
3.
Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4.
Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan
jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5.
Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic.
D.
MANIFETASI KLINIS
Semua sinar yang masuk ke mata harus
terlebih dahulu melewati lensa. Karena itu setiap bagian lensa yang
menghalangi, membelokkan atau menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan
penglihatan.
Beratnya gangguan penglihatan
tergantung kepada lokasi dan kematangan katarak.
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
Gangguan penglihatan bisa berupa:
1.
Kesulitan melihat pada malam hari
2.
Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa
menyilaukan mata
3.
Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).
Gejala
lainnya adalah:
1.
Sering berganti kaca mata
2.
Penglihatan ganda pada salah satu mata.
Kadang
katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata (glaukoma),
yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
Secara
umum dapat digambarkan gejala katarak adalah sebagai berikut :
1.
Berkabut, berasap,
penglihatan tertututp film.
2.
Perubahan daya lihat warna.
3.
Gangguan mengendarai
kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
4.
Lampu dan matahari
sangat mengganggu.
5.
Sering meminta ganti
resep kaca mata.
6.
Lihat ganda.
7.
Bisa melihat dekat pada
pasien rabun dekat (hipermetropia).
E.
PATOFISIOLOGI
Lensa berisi 65% air, 35% protein
dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen,
penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat
larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap
kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya.
Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih
tua. Saat lensa serat yang baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan
menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya
transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu,
berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa
mata.
Gangguan metabolisme ini,
menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada
akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di berbagai
bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea
dihalangi oleh lensa yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu
yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan
yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu,
kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami
kesulitan dalam membedakan warna.
F. PENATALAKSANAAN
Gejala-gejala yang timbul pada
katarak yang masih ringan dapat dibantu dengan menggunakan kacamata,
lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan
cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan
cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata, tetapi tidak semua kasus
katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika
kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.
Indikasi dilakukannya operasi
katarak :
1. Indikasi
sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan
rutinitas pekerjaan
2. Indikasi medis:
bila ada komplikasi seperti glaucoma
3. Indikasi
optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m
didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa
jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1. ICCE ( Intra
Capsular Cataract Extraction)
Pada
pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah
kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi
mengalami retinal detachment mengangkat struktur penyokong untuk penanaman
lensa intraokuler. Salah satu tehnik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa
dibekukan dengan probe superdingin dan kemudian diangkat.
2. ECCE (Ekstra
Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:
a) Standar ECCE
atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah
membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan
lebih lama.
b) Bentuk ECCE
yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus
sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm.
Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan
tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa
menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm. Lensa mata
yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti
dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara
permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu
10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
Apabila tidak terjadi gangguan pada
kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari
operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat
maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.
G.
KOMPLIKASI
1. Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda
asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang atau alergi
2. Glaucoma terjadi karena masa lensa menyumbat sudut
bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan.
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN KATARAK
A.
PENGKAJIAN
1. Anamnesa
Anamnesa yang dapat
dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
a)
Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi
umumnya pada usia lanjut), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara
langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,
dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
b)
Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak
biasanya antara lain:
1)
Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
2)
Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
3)
Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
4)
Perubahan daya lihat warna
5)
Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan
mata
6)
Lampu dan matahari sangat mengganggu
7)
Sering meminta ganti resep kaca mata
8)
Lihat ganda baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropi)
9)
Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
c)
Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit
sistemik yang di miliki oleh pasien seperti :
1)
DM
2)
Hipertensi
3)
Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko
katarak.
4)
Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
5)
ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada
radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
6)
Kaji riwayat alergi
d)
Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat penyakit katarak pada keluarga?
2.
Pemeriksaan Fisik
a)
Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
b)
Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
c)
Klien juga melaporkan melihat glare/halo
di sekitar sinar lampu saat berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan
pandangan malam, kesulitan untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata
dan gangguan yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien
juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan atau
kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca.
d)
Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat
melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang
terjadi ditengah dan padab saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui
daerah disekitar kekeruhan.
e)
Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (kemampuan
memfokuskan bayangan pada retina) meningkat. Kemampuan ini disebut second sight, yang memungkinkan klien
membaca tanpa lensa.
f)
Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata, yang
menyebabkan peningkatan Tekanan intraokuler dan kemerahan pada mata.
g)
Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.
h)
Inspeksi dengan penlight
menunjukkan pupil putih susu dan pada katarak lanjut terdapat area putih
keabu-abuan di belakang pupil.
3.
Pemeriksaan Diagnostik
a)
Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan
sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf
atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
b)
Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat
atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
c)
Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik /
infeksi
d)
EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan
aterosklerosis.
e)
Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.
ANALISA DATA
Data
|
Etiologi
|
Masalah
|
DS : klien mengatakan kesulitan mengenali
sesuatu
DO: tidak akuratnya interpretasi stimulasi
lingkungan, perubahan negative dalam jumlah atau pola stimulus yang datang,
disorientasi terhadapa orang, perubahan perilaku atau pola komunikasi,
konsentrasi buruk
|
![]() ![]() ![]() ![]()
Pandangan kabur
![]()
Gangguan persepsi perceptual
(visual)
|
Perubahan sensori
perceptual (visual)
|
DS: klien mengatakan tidak memahami penyebab
resiko cidera
DO: klien tampak cemas dan tegang
|
![]() ![]() ![]() ![]()
Pandangan kabur
![]()
Gangguan persepsi
perceptual (visual)
![]()
Resiko cidera
|
Resiko cidera
|
DS: klien mengatakan takut dengan lingkungan
yang baru
DO: insomnia, tidak dapat berkonsentrasi,
konfusi, diaphoresis, TD 130/90 mmHg, Nadi 88 x/menit, palpitasi
|
![]() ![]() ![]() ![]()
Pandangan kabur
![]()
Gangguan persepsi
perceptual (visual)
![]()
kecemasan
|
Kecemasan
|
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan
pada lensa mata.
2.
Takut atau cemas berhubungan dengan kehilangan pandangan komplet atau
ketidakmampuan mendapatkan pandangan.
3.
Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus atau berada pada
lingkungan yang tidak di kenal.
C.
INTERVENSI
1.
Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan
pada lensa mata.
Tujuan : klien mampu mendemonstrasikan peningkatan kemampuan
untuk memproses rangsangan visual dan mengkomunikasikan pembatasan pandangan.
Kriteria hasil : berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi keperawatan :
-
Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar.
R/ menentukan seberapa bagus visus klien.
-
Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat
oleh klien.
R/ memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien
dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perawatan.
-
Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai klien.
R/ menungkatkan stimulasi.
-
Beritahu klien bentuk-bentuk rangsangan alternatif (radio. TV,
percakapan).
R/ meningkatkan stimulasi. Saat pandangan menjadi
terbatas, beberapa klien mengganti dengan stimulasi yang lain seperti radio dan
TV untuk membaca.
-
Berikan sumber rangsangan sesuai permintaan.
R/ menungkatkan stimulasi.
-
Rujuk klien ke pelayanan yang memberikan bantuan seperti buku percakapan
dll.
R/ menungkatkan stimulasi.
-
Kolaborasi : pembedahan.
2.
Takut atau cemas berhubungan dengan kehilangan pandangan komplet atau
ketidakmampuan mendapatkan pandangan.
Tujuan :
Criteria hasil : Klien tampak
rileks, klien melaporkan ansietas sampai tingkat dapat diatasi
§
Kaji tingkat ansietas
R/ factor ini memperngaruhi
persepsi pasien tehadap ancaman diri dan dapat mempengaruhi upaya medic untuk
mengontrol TIO.
§
Berikan informasi yang akurat dan jujur
R/ menurunkan ansietas
sehubungan dengan ketidaktauhan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar
fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
§
Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
R/ memberikan kesempatan
untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah kosepsi dan
pemecahan masalah.
§
Identifikasi sumber/orang yang menolong
Memberikan keyakinan bahwa
pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.
3.
Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus atau berada pada
lingkungan yang tidak di kenal.
Tujuan :
Kriteria Hasil : klien
memahami factor yang mungkin menyebabkan cidera, mengubah lingkungan sesuai
indikasi untuk meningkatkan keamanan
-
Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring kesisi yang tak
sakit sesuai keinginan
R/ menurunkan tekanan pada
mata yang sakit
-
Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata
atau membungkuk.
R/ mmenrunkan TIO
-
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
R/ digunakan untuk melindungi dari cedera
kecelakaan dan menurunkan gerak mata
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien,
edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta, 1998, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI
Ilyas, Sidarta, 2000, Dasar – Teknik Pemeriksaan
Dalam Ilmu Penyakit, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Thorpe dan Vera Darling, 1996, Perawatan Mata,
alih bahasa : Hartono,Yayasan Essentia Media dan Andi, Yogyakarta.
Istiqomah, Indriana N., 2004, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, Jakarta: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar