Minggu, 25 November 2012

asuhan keperawatan pada klien katarak


TUGAS KMB III
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN
DENGAN KELAINAN KATARAK









DISUSUN OLEH KELOMPOK IV :

1.       ANIK MUSYAYADAH          (200911054)
2.     EKA FEBRIANA                     (200911133)
3.      ERVAN ARIS S.                      (200911103)
4.     RIFKI FAISOLIDA                 (200911075)
5.      UMU MASLAHAH                 (200911161)




PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
STIKES BINA SEHAT PPNI
KAB. MOJOKERTO
2012
BAB I
PEMBAHASAN
A.    DEFINISI
Katarak adalah suatu kedaan di mana lensa mata yang biasanya jernih dan bening menjadi keruh. Asal kata katarak dari kata Yunani cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana  penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Kekeruhan pada lensa yang kecil tidak banyak mengganggu penglihatan. Bila kekeruhannya tebal maka penglihatan sangat terganggu sehingga perlu dilakukan tindakan pada lensa yang keruh tersebut. Biasanya katarak yang mengakibatkan penglihatan yang kabur dapat mengganggu penglihatan sehingga kadang-kadang sampai tidak melihat atau berkabut tebal sekali.


B.     KLASIFIKASI KATARAK
1.      Development katarak
         Pembentukan lensa fiber terganggu selama pertumbuhan katarak congenital sejak sebelum berumur 1 tahun sudah terlihat disebabkan oleh infeksi virus yang dialami ibu pada saat usia kehamilan masih dini. Katarak kongenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang dari 1 tahun. Katarak kongenital merupakan penyebab kebutaan pada bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat.
         Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubela, galaktosemia, homosisteinuri, toksoplasmosis, inklusi sitomegalik dan histoplasmosis, penyakit lain yang menyertai katarak kongenital biasanya berupa penyakit-penyakt herediter seperti mikroftalmus, aniridia, koloboma iris, keratokonus, iris heterokromia, lensa ektopik, displasia retina, dan megalo kornea.
            Untuk mengetahui penyebab katarak kongenital diperlukan pemeriksaan riwayat prenatal infeksi ibu seperti rubela pada kehamilan trimester pertama dan pemakainan obat selama kehamilan. Kadang-kadang terdapat riwayat kejang, tetani, ikterus, atau hepatosplenomegali pada ibu hamil. Bila katarak disertai uji reduksi pada urine yang positif, mungkin katarak ini terjadi akibat galaktosemia. Sering katarak kongenital ditemukan pada bayi prematur dan gangguan sistem saraf seperti retardasi mental.
            Pemeriksaan darah pada katarak kongenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak kongenital dengan diabetes melitus, fosfor, dan kalsium. Hampir 50% katarak kongenital adalah sporadik dan tidak diketahui penyebabnya. Pada pupil bayi yang menderita katarak kongenital akan terlihat bercak putih atau suatu leukokoria.
2.      Degenarativ katarak (katarak primer dan katarak komplikata)
a)      Katarak primer
(1)   Katarak Juvenilis
Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda, yang mulai terbentuknya pada usia lebih dari  1 tahun dan kurang dari 20 tahun. Katarak juvenil biasanya merupakan kelanjutan katarak kongenital. Katarak juvenil biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolik dan penyakit lainnya.
(2)   Katarak senile
Lensa fiber sudah terbentuk tetapi karena suatu sebab sehingga terjadi degenerasi dan lensa menjadi keruh ( katarak senile ) setelah usia 50 tahun akibat penuaan. Katarak senile biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun, Kekeruhan lensa dengan nucleus yang mengeras akibat usia lanjut yang biasanya mulai terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. (Ilyas, Sidarta: Ilmu Penyakit Mata, ed. 3). Katarak Senil secara klinik dikenal dalam 4 stadium :



(a)    stadium insipien
Kekaburan dimulai pada bagian perifer lensa, lambat laun mengarah pada bagian inti lensa mata sehingga menyerupai terali besi ( roda sepeda ). Pada keadaan ini biasanya katarak stasioner.
(b)   stadium intumesen ( imatur )
Terjadi perubahan pada lensa, dimana lensa menjadi bengkak dan menarik cairan dari jaringan sekitar. Kelainan yang nampak pada keadaan ini adalah myopia, astigmatisme, bayangan iris pada lensa terlihat. Cembungnya lensa akan mendorong iris ke depan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi sempit dan menimbulkan komplikasi glaucoma.
(c)    stadium matur
Kekaburan lensa lebih padat dan lebih mudah dipisahkan dari kapsulnya, ini merupakan stadium yang tepat untuk dilakukan operasi.
(d)   stadium hipermatur
Biasanya akan ditemukan beberapa perubahan, katarak menjadi lembek, mencair atau menjadi seperti susu. Kerusakan kapsul lensa yang lebih permeable sehingga isi korteks dapat keluar dan lensa menjadi kempis yang dibawahnya terdapat nucleus lensa, keadaan ini disebut katarak morgagni.
Perbedaan karakteristik Katarak (Ilyas, 2001)

Insipien
Imatur
Matur
Hipermatur
Kekeruhan
Ringan
Sebagian
Seluruh
Masif
Cairan Lensa
Normal
Bertambah
Normal
Berkurang
Iris
Normal
Terdorong
Normal
Tremulans
Bilik mata depan
Normal
Dangkal
Normal
Dalam
Sudut bilik mata
Normal
Sempit
Normal
Terbuka
Shadow test
(-)
(+)
(-)
+/-
Visus
(+)
<< 
<<< 
Penyulit
(-)
Glaukoma
(-)
Uveitis+glaucoma

b)      Katarak Komplikata
      Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa. Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio retina, dan glaukoma. Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata. Merokok meningkatkan risiko berkembangnya katarak.

C.     ETIOLOGI
Katarak biasanya terjadi pada usia lanjut dan bisa diturunkan. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti merokok atau bahan beracun lainnya. Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti:
1.      Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2.      Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme, proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3.      Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4.      Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang, seperti kortikosteroid dan obat penurun kolesterol.
5.      Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic.

D.    MANIFETASI KLINIS
Semua sinar yang masuk ke mata harus terlebih dahulu melewati lensa. Karena itu setiap bagian lensa yang menghalangi, membelokkan atau menyebarkan sinar bisa menyebabkan gangguan penglihatan.
Beratnya gangguan penglihatan tergantung kepada lokasi dan kematangan katarak.
Katarak berkembang secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri disertai gangguan penglihatan yang muncul secara bertahap.
Gangguan penglihatan bisa berupa:
1.      Kesulitan melihat pada malam hari
2.      Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
3.      Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).
Gejala lainnya adalah:
1.      Sering berganti kaca mata
2.      Penglihatan ganda pada salah satu mata.
Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di dalam mata (glaukoma), yang bisa menimbulkan rasa nyeri.
Secara umum dapat digambarkan gejala katarak adalah sebagai berikut :
1.      Berkabut, berasap, penglihatan tertututp film.
2.      Perubahan daya lihat warna.
3.      Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata.
4.      Lampu dan matahari sangat mengganggu.
5.      Sering meminta ganti resep kaca mata.
6.      Lihat ganda.
7.      Bisa melihat dekat pada pasien rabun dekat (hipermetropia).

E.     PATOFISIOLOGI
       Lensa berisi 65% air, 35% protein dan mineral penting. Katarak merupakan kondisi penurunan ambilan oksigen, penurunan air, peningkatan kandungan kalsium dan berubahnya protein yang dapat larut menjadi tidak dapat larut. Pada proses penuaan, lensa secara bertahap kehilangan air dan mengalami peningkatan dalam ukuran dan densitasnya. Peningkatan densitas diakibatkan oleh kompresi sentral serat lensa yang lebih tua. Saat lensa serat yang baru diproduksi di korteks, serat lensa ditekan menuju sentral. Serat-serat lensa yang padat lama-lama menyebabkan hilangnya transparansi lensa yang tidak terasa nyeri dan sering bilateral. Selain itu, berbagai penyebab katarak diatas menyebabkan gangguan metabolisme pada lensa mata.
       Gangguan metabolisme ini, menyebabkan perubahan kandungan bahan-bahan yang ada di dalam lensa yang pada akhirnya menyebabkan kekeruhan lensa. Kekeruhan dapat berkembang di berbagai bagian lensa atau kapsulnya. Pada gangguan ini sinar yang masuk melalui kornea dihalangi oleh lensa yang keruh/buram. Kondisi ini mengaburkan bayangan semu yang sampai pada retina. Akibatnya otak menginterpretasikan sebagai bayangan yang berkabut. Pada katarak yang tidak diterapi, lensa mata menjadi putih susu, kemudian berubah kuning, bahkan menjadi cokelat atau hitam dan klien mengalami kesulitan dalam membedakan warna.

F.      PENATALAKSANAAN
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat  dibantu dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki lensa mata,  tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari.
             Indikasi dilakukannya operasi katarak :
1.      Indikasi sosial: jika pasien mengeluh adanya gangguan penglihatan dalam melakukan rutinitas pekerjaan
2.      Indikasi medis: bila ada komplikasi seperti glaucoma
3.      Indikasi optik: jika dari hasil pemeriksaan visus dengan hitung jari dari jarak 3 m didapatkan hasil visus 3/60
Ada beberapa jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu:
1.      ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction)
Pada pembedahan jenis ini lensa diangkat seluruhnya. Keuntungan dari prosedur adalah kemudahan prosedur ini dilakukan, sedangkan kerugiannya mata beresiko tinggi mengalami retinal detachment mengangkat struktur penyokong untuk penanaman lensa intraokuler. Salah satu tehnik ICCE adalah menggunakan cryosurgery, lensa dibekukan dengan probe superdingin dan kemudian diangkat.
2.      ECCE (Ekstra Capsular Cataract Extraction) terdiri dari 2 macam yakni:
a)      Standar ECCE atau planned ECCE dilakukan dengan mengeluarkan lensa secara manual setelah membuka kapsul lensa. Tentu saja dibutuhkan sayatan yang lebar sehingga penyembuhan lebih lama.
b)      Bentuk ECCE yang terbaru dimana menggunakan getaran ultrasonic untuk menghancurkan nucleus sehingga material nucleus dan kortek dapat diaspirasi melalui insisi ± 3 mm. Operasi katarak ini dijalankan dengan cukup dengan bius lokal atau menggunakan tetes mata anti nyeri pada kornea (selaput bening mata), dan bahkan tanpa menjalani rawat inap. Sayatan sangat minimal, sekitar 2,7 mm.  Lensa mata yang keruh dihancurkan (Emulsifikasi) kemudian disedot (fakum) dan diganti dengan lensa buatan yang telah diukur kekuatan lensanya dan ditanam secara permanen. Teknik bedah katarak dengan sayatan kecil ini hanya memerlukan waktu 10 menit disertai waktu pemulihan yang lebih cepat.
      Apabila tidak terjadi gangguan pada kornea, retina, saraf mata atau masalah mata lainnya, tingkat keberhasilan dari operasi katarak cukup tinggi, yaitu mencapai 95%, dan kasus komplikasi saat maupun pasca operasi juga sangat jarang terjadi.

G.    KOMPLIKASI
1.      Uveitis, terjadi karena masa lensa merupakan benda asing untuk jaringan uvea, sehingga menimbulkan reaksi radang atau alergi
2.      Glaucoma terjadi karena masa lensa menyumbat sudut bilik mata sehingga mengganggu aliran cairan bilik mata depan.























ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN KATARAK
A.    PENGKAJIAN
1.      Anamnesa
Anamnesa yang dapat dilakukan pada klien dengan katarak adalah :
a)      Identitas / Data demografi
Berisi nama, usia (katarak bisa terjadi pada semua umur tetapi umumnya pada usia lanjut), jenis kelamin, pekerjaan yang sering terpapar sinar matahari secara langsung, tempat tinggal sebagai gambaran kondisi lingkungan dan keluarga,  dan keterangan lain mengenai identitas pasien.
b)      Riwayat penyakit sekarang
Keluhan utama pasien katarak biasanya antara lain:
1)     Penurunan ketajaman penglihatan secara progresif (gejala utama katarak)
2)     Mata tidak merasa sakit, gatal atau merah
3)     Berkabut, berasap, penglihatan tertutup film
4)     Perubahan daya lihat warna
5)     Gangguan mengendarai kendaraan malam hari, lampu besar sangat menyilaukan mata
6)     Lampu dan matahari sangat mengganggu
7)     Sering meminta ganti resep kaca mata
8)     Lihat ganda baik melihat dekat pada pasien rabun dekat ( hipermetropi)
9)     Gejala lain juga dapat terjadi pada kelainan mata lain
c)      Riwayat penyakit dahulu
Adanya riwayat penyakit sistemik yang di miliki oleh pasien seperti :
1)      DM
2)      Hipertensi
3)      Pembedahan mata sebelumnya, dan penyakit metabolic lainnya memicu resiko katarak.
4)      Kaji gangguan vasomotor seperti peningkatan tekanan vena
5)      ketidakseimbangan endokrin dan diabetes, serta riwayat terpajan pada radiasi, steroid / toksisitas fenotiazin.
6)      Kaji riwayat alergi
d)     Riwayat Kesehatan Keluarga
Apakah ada riwayat penyakit katarak pada keluarga?
2.      Pemeriksaan Fisik
a)      Klien mengeluhkan penurunan pandangan bertahap dan tidak nyeri.
b)      Pandangan kabur, berkabut atau pandangan ganda.
c)      Klien juga melaporkan melihat glare/halo di sekitar sinar lampu saat berkendaraan di malam hari, kesulitan dengan pandangan malam, kesulitan untuk membaca, sering memerlukan perubahan kacamata dan gangguan yang menyilaukan serta penurunan pandangan pada cuaca cerah. Klien juga memberikan keluhan bahwa warna menjadi kabur atau tampak kekuningan atau kecoklatan. Perlu peningkatan cahaya untuk membaca.
d)     Jika klien mengalami kekeruhan sentral, klien mungkin melaporkan dapat melihat lebih baik pada cahaya suram daripada terang, karena katarak yang terjadi ditengah dan padab saat pupil dilatasi klien dapat melihat melalui daerah disekitar kekeruhan.
e)      Jika nukleus lensa terkena, kemampuan refraksi mata (kemampuan memfokuskan bayangan pada retina) meningkat. Kemampuan ini disebut second sight, yang memungkinkan klien membaca tanpa lensa.
f)       Katarak hipermatur dapat membocorkan protein lensa ke bola mata, yang menyebabkan peningkatan Tekanan intraokuler dan kemerahan pada mata.
g)      Kaji visus, terdapat penurunan signifikan.
h)      Inspeksi dengan penlight menunjukkan pupil putih susu dan pada katarak lanjut terdapat area putih keabu-abuan di belakang pupil.
3.      Pemeriksaan Diagnostik
a)      Kartu mata Snellen / mesin telebinokular ( tes ketajaman penglihatan dan sentral penglihatan) : mungkin terganggu dengan kerusakan lensa, system saraf atau penglihatan ke retina ayau jalan optic.
b)      Pemeriksaan oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, mencatat atrofi lempeng optic, papiledema, perdarahan retina, dan mikroaneurisme.
c)      Darah lengkap, laju sedimentasi (LED) : menunjukkan anemi sistemik / infeksi
d)     EKG, kolesterol serum, dan pemeriksaan lipid : dilakukan untuk memastikan aterosklerosis.
e)      Tes toleransi glukosa / FBS : menentukan adanya/ control diabetes.

ANALISA DATA
Data
Etiologi
Masalah
DS : klien mengatakan kesulitan mengenali sesuatu
DO: tidak akuratnya interpretasi stimulasi lingkungan, perubahan negative dalam jumlah atau pola stimulus yang datang, disorientasi terhadapa orang, perubahan perilaku atau pola komunikasi, konsentrasi buruk
Katarak

Primer, komplikata

Kekeruhan lensa

Bloking sinar yang masuk kornea

Pandangan kabur
 

Gangguan persepsi perceptual (visual)
Perubahan sensori perceptual (visual)
DS: klien mengatakan tidak memahami penyebab resiko cidera
DO: klien tampak cemas dan tegang
Katarak

Primer, komplikata

Kekeruhan lensa

Bloking sinar yang masuk kornea

Pandangan kabur
 

Gangguan persepsi perceptual (visual)
 

Resiko cidera
Resiko cidera
DS: klien mengatakan takut dengan lingkungan yang baru
DO: insomnia, tidak dapat berkonsentrasi, konfusi, diaphoresis, TD 130/90 mmHg, Nadi 88 x/menit, palpitasi
Katarak

Primer, komplikata

Kekeruhan lensa

Bloking sinar yang masuk kornea

Pandangan kabur
 

Gangguan persepsi perceptual (visual)
 

kecemasan
Kecemasan


B.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.      Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.
2.      Takut atau cemas berhubungan dengan kehilangan pandangan komplet atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan.
3.      Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus atau berada pada lingkungan yang tidak di kenal.
C.     INTERVENSI
1.      Perubahan sensori perseptual (visual) yang berhubungan dengan kekeruhan pada lensa mata.
Tujuan : klien mampu mendemonstrasikan peningkatan kemampuan untuk memproses rangsangan visual dan mengkomunikasikan pembatasan pandangan.
Kriteria hasil : berpartisipasi dalam program pengobatan
Intervensi keperawatan :
-          Kaji dan dokumentasikan ketajaman penglihatan (visus) dasar.
R/ menentukan seberapa bagus visus klien.
-          Dapatkan deskripsi fungsi tentang apa yang bisa dan tidak bisa dilihat oleh klien.
R/ memberikan data dasar tentang pandangan akurat klien dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi perawatan.
-          Kaji jumlah dan tipe rangsangan yang disukai klien.
R/ menungkatkan stimulasi.
-          Beritahu klien bentuk-bentuk rangsangan alternatif (radio. TV, percakapan).
R/ meningkatkan stimulasi. Saat pandangan menjadi terbatas, beberapa klien mengganti dengan stimulasi yang lain seperti radio dan TV untuk membaca.
-          Berikan sumber rangsangan sesuai permintaan.
R/ menungkatkan stimulasi.
-          Rujuk klien ke pelayanan yang memberikan bantuan seperti buku percakapan dll.
R/ menungkatkan stimulasi.
-          Kolaborasi : pembedahan.
2.      Takut atau cemas berhubungan dengan kehilangan pandangan komplet atau ketidakmampuan mendapatkan pandangan.
Tujuan :
Criteria hasil : Klien tampak rileks, klien melaporkan ansietas sampai tingkat dapat diatasi
§  Kaji tingkat ansietas
R/ factor ini memperngaruhi persepsi pasien tehadap ancaman diri dan dapat mempengaruhi upaya medic untuk mengontrol TIO.
§  Berikan informasi yang akurat dan jujur
R/ menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktauhan/harapan yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi tentang pengobatan.
§  Dorong pasien untuk mengakui masalah dan mengekspresikan perasaan
R/ memberikan kesempatan untuk pasien menerima situasi nyata, mengklarifikasi salah kosepsi dan pemecahan masalah.
§  Identifikasi sumber/orang yang menolong
Memberikan keyakinan bahwa pasien tidak sendiri dalam menghadapi masalah.
3.      Resiko cedera berhubungan dengan penurunan visus atau berada pada lingkungan yang tidak di kenal.
Tujuan :
Kriteria Hasil : klien memahami factor yang mungkin menyebabkan cidera, mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan
-          Beri pasien posisi bersandar, kepala tinggi atau miring kesisi yang tak sakit sesuai keinginan
R/ menurunkan tekanan pada mata yang sakit
-          Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk mata atau membungkuk.
R/ mmenrunkan TIO
-          Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
R/ digunakan untuk melindungi dari cedera kecelakaan dan menurunkan gerak mata





DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn, dkk, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, edisi 3, alih bahasa : I Made Kariasa dan Ni Made S, Jakarta : EGC
Ilyas, Sidarta, 1998, Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Ilyas, Sidarta, 2000, Dasar – Teknik Pemeriksaan Dalam Ilmu Penyakit, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Thorpe dan Vera Darling, 1996, Perawatan Mata, alih bahasa : Hartono,Yayasan Essentia Media dan Andi, Yogyakarta.
Istiqomah, Indriana N., 2004, Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata, Jakarta: EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar