Minggu, 25 November 2012

kontrasepsi mantap



BAB I
PEMBAHASAN
KONTRASEPSI MANTAP (KONTAP)
A.    DEFINISI
Yang dimaksid dengan kontrasepsi mantap ialah salah satu cara kontrasepsi dengan tindakan pembedahan atau dengan kata lain setiap tindakan pembedahan pada saluran telur wanita atau saluran mani yang mengakibatkan orang atau pasangan yang bersangkutan tidak akan memperoleh keturunan lagi. 
Tubektomi adalah tindakan tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falloppii wanita sedangkan vasektomi yang kedua pada vas deferens pada pria, yang mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.metode dengan cara operasi terswbut di atas telah di kenal sejak zaman dahulu. Hipocrates menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa. Dahulu vasektomi dilakukan kepada pria sebagai hukuman, misalnya pada mereka yang melakuka perkosaan. Sekarang tindakan vasektomi dan tubektomi dilakukan secara sukarela dalam rangka keluarga berencana.
B.     TUBEKTOMI PADA WANITA
Dahulu tubektomi dilakukan dengan jalan laparatomi atau pembedahan vaginal. Sekarang dengan alat-alat dan tehnik baru tindakan ini dilakukan secara lebih ringan dan tidak memerlukan perawtan di rumah sakit.
Dalam tahun-tahun terakhir ini tubektomi merupakan bagian yang penting dalam program keluarga berencana di banyak Negara di dunia. Di Indonesia sejak tahun 1974 telah berdiri perkumpulan yang sekarang bernama Perkumpulan Kontrasepsi Mantap Indonesia (PKMI), yang membina perkembangan metode dengan operasi (M.O) atau kontrasepsi mantap secara sukarela, tetapi secara resmi tubektomi tidak termasuk ke dalam program nasional keluarga berencana di Indonesia.
Keuntungan tubektomi ialah :
a)      Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang
b)      Efektivitas hampir 100%
c)      Tidak mempengaruhi libido seksualitas
d)     Kegagalan dari pihak pasien (patien’s failure) tidak ada.

Sehubungan dengan waktu melakukan metode dengan operasi, dapat dibedakan antara M.O postpartum dan M.O dalam interval. Tubektomi post-partum dilakukan satu hari setelah partus.
Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba falloppii terdiri atas pembedahan transabdominal seperti laparatomi, minilaparatomi, laparaskopi, dan pembedahan transvaginal, seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi, serta pembedahan transservikal (trans-uterin), seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.
Untukl menutup lumen dalam tuba dapat dilakukan pemotongan tuba dengan berbagai macam tindakan operatif, seperti cara pameroy, cara Irving, cara Uchida, cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping cara-cara tersebut di atas, penutupan tuba, penutupan tuba dengan Clips, Falope, Ring, Yoon Ring dan lain-lain.
1.      Indikasi dengan metode operasi (M.O)
Metode dengan operasi dewasa ini dijalankan atas dasar sukarela dalam rangka keluarga berencana. Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversible, wlaupun sekarang ada kemungkina untuk membuka tuba kembali pada mereka yang pada akhirnya masih menginginkan anak lagi dengan operasi rekanalisasi. Oleh karena itu penutupan tuba hanya dapat dikerjakan pada mereka yang memenuhi syarat-syarat tertentu.
Waktu pelaksanaan tubektomi :
a)       Masa interval : selesai haid
b)       Pasca persalinan : sebaiknya sebelum 24 jam dan selambat-lambatnya 48 jam pasca persalinan. Jika lewat dari 48 jam maka tindakan tubektomi akan dipersulit oleh udem tuba, infeksi sehingga dapat mengakibatkan kegagalan sterilisasi.. jika dilakukan 7-10 hari pasca persalinan maka uterus dan alat-alat genital lainnya telah mengecil dan operasi menjadi lebih sulit dilakukan mudah berdarah dan infeksi..
c)       Pasca keguguran (post abortum) : sesudah terjadi abortus dapat langsung dilakukan sterilisasi.
d)       Waktu operasi membuka perut: setiap operasi yang dilakukan dengan membuka perut perlu dipikirkan apakah sudah ada indikasi untuk sterilisasi.
Seminar Kuldoskopi Indonesia pertama di Jakarta (18 – 19 Desember 1972) mengambil kesimpulan, sebaiknya tubektomi sukarela dilakukan pada wanita yang memenuhi syarata-syarat berikut :
a)      Umur termuda 25 tahun dengan 4 anak hidup
b)      Umur sekitar 30 tahun dengan 3 anak hidup
c)      Umur sekitar 35 tahun dengan 2 anak hidup
Pada konverensi khusus perkumpulan unutk sterilisasi sukarela Indonesia di medan (3  – 5 juni 1976) dianjurkan pada umur antara 25 – 40 tahun dengsan jumlah anak sebagai berikut :
a)      Umur antara 25 – 30 tahun dengan 3 anak atau lebih
b)      Umur antara 30 – 35 tahun dengan 2 anak atau lebih
c)      Umur antara 35 – 40 tahun dengan 1 anak atau lebih
Umur suami hendaknya sekurang-kurangnya 30 tahun, kecuali jumlah anak telah melebihi melebihi jumlah yang diinginkan oleh pasangan itu
2.      Tindakan pendahuluan guna penutupan tuba
a)              Laparatomi
Tindakan ini tidak dilakukan lagi sebagia tindakan khusus guna tubektomi. Di sini penutupan tuba dijalankan sebagai tindakan tambahan apabila wanita yang bersangkutan perlu dibedah untuk keperluan lain. Misalnya, pada wanita yang perlu dilakukan seksio sesarea, kadang-kadang tuba kanan dan kiri ditutup apabila tidak diinginkan bahwa ia hamil lagi.
b)             Laparatomi postpartum
Lapratomi ini dilakukan satu hari postpartum. Keuntungannya ialah bahwa waktu perawatan nifas sekaligus dapat digunakan untuk perawatan pasca operasi dank arena uterus masih besar, cukup dilakukan sayatan kecil dekat fundus utei untuk mencapai tuba kanan dan kiri. Sayatan dilakukan dengan sayatan semi lunar (bulan sabit) di garis tengsah distal dari pusat dengan panjang kurang lebih 3 cm dan penutupan tuba biasanya diselenggarakan dengan cara pameroy.
c)              Minilaparatomi
Laparatomi mini dilakukan dalam masa interval. Sayatan dibuat di garis tengah diatas simpisis sepanjang 3 cm sampai menembus peritoneum. Untuk mencapai tuba dimasukkan alat khusus (elevator uterus) ke dalam kavum uteri. Dengan bantuan alat ini dalam retrofleksi dijadikan letak antefleksi dahulu dan kemudian didorong kearah lubang sayatan. Kemudian dilakukan penutupan tuba dengan salah satu cara.
d)             Laparaskopi
Mula-mula dipasang cunam serviks pada bibir depan porsio uteri, dengan maksud supaya kelak dapat menggerakkan uterus jika hal ini diperlukan pada waktu laparaskopi. Setelah dilakukan persiapan seperlunya, dibuat sayatran kulit di bawah pusat sepanjang lebih 1 cm. kemudian, ditempat luka tersebut dilakukan pungsi sampai rongga peritoneum dengan jarum khusus (jarum veres) dan melalui jarum itu dibuat pneumoperitoneum dengan memasukkan CO2 sebanyak 1 sampai 3 liter dengan kecepatan kira-kira 1 liter per menit. Setelah pneumoperitoneum dirasa cukup, jarum veres dikeluarkan dan sebagai gantinya dimasukkan troika (dengan tabungnya). Sesudah itu trokair diangkat dan dimasukkan laparaskop melalui tabung. Untuk memudahkan penglihatan uterus dan adneks, penderita diletakkan dalam posisi trendelenburg dan uterus digerakkan melalui cunam serviks pada porsio uteri. Kemudian, dengan cunam yang masuk dalam rongga peritoneum bersama-sama dengan laparoskop, tuba dijepit dan dilakukan penutupan tuba dengan kauterisasi atau dengan memasang pada tuba cincin Yoon atau Falope atau clip Hulka, sekarang lebih banyak digunakan cara-cara yang lain.


e)              Kuldoskopi
Wanita ditempatkan pada posisi menungging (posisi genupektoral) dan setelah speculum dimasukkan dan bibir belakang serviks uteri dijepit dan uterus ditarik ke luar dan agak ke atas, tampak kavum Douglasi mekar diantara ligamentum sakro-uterinum kanan dan kiri sebagai tanda bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan pi sebagai tanda bahwa tidak ada perlekatan. Dilakukan pungsi dengan jarum Touhy dibelakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat, lungsi dengan jarum Touhy dibelakang uterus, dan melalui jarum tersebut udara masuk dan usus-usus terdorong ke rongga perut. Setelah jarum diangkat, lubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneks dan dengan cunam khusus tubang diperbesar, sehingga dapat dimasukkan kuldoskop. Melalui kuldoskop dilakukan pengamatan adneks dan dengan cunam khusus tuba dijepit dan ditarik ke luar untuk dilakukan penutupannya dengan cara Pameroy, cara Kroener,kauterisasi atau pemasangan cincin, Falope.
3.      Cara penutupan tuba
a)      Cara Madlener
Bagian tengah dari tuba diangat dengan cunam pean, sehingga terbentuk suatu lipatan tebuka. Kemudian dasar dari lipatan tersebut dijepit dengan cunam kuat-kuat dan selanjutnya dasar itu diikat dengan benang yang tidak dapat diserap. Pada cara ini tidak dilakukan pemotongan tuba. Sekarang cara Madlener tidak dilakukan lagi oleh karena angka kegagalannya relative tinggi yaitu 1% sampai 3%.
 
b)      Cara Pameroy
Cara pameroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengengkat bagian tengah dari tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka, kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0 – 4%.
c)      Cara Irving
Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan yang dapat diserap; ujung proksimal dari tuba ditanamkan kedalam miometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan kedalam ligamentum latum.
d)     Cara Aldridge
Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbrae ditanam ke dalam ligamentum latum.
e)      Cara Uchida
Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparatomi) di atas simpisis pubis. Kemudian di daerah ampulla tuba dilakukan suntikan dengan larutan adrenalin dalam air garam di bawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping di daerah tersebut megembung. Lalu dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut. Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4 – 5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirnya di bawah serosa, sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar serosa. Luka sayatan dijahit secara kantong tembakau. Angka kegagalan cara ini adalah 0.
f)       Cara Kroener
Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimbria dipotong. Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut.
Teknik ini banyak digunakan. Keuntungan cara ini antara lain ialah sangat kecilnya kemungkinan kesalahan mengikat ligamentun rotundum. Angka kegagalan 0,19%.
C.     VASEKTOMI
Vasektomi telah dikenal sejak lama. Pada abad 19, para ahli bedah telah melakukan vasektomi untuk tujuan pengobatan seperti mencegah infeksi dari kelenjar prostat atau hipertrofi kelenjar prostat. Di Indonesia vasektomi sebagai salah satu pilihan jenis kontrasepsi masih belum begitu digalakkan. Hal ini disebabkan masih adanya anggapan vasektomi sama dengan dikebiri.
Dasar dari Kontap-Pria :
Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantar spermatozoa dari testis ke penis).
1.      Definisi :
Tindakan memotong dan menutup saluran sperma(vasdeferens) yang menyalurkan sperma keluar dari testis.
2.      Indikasi :
a)      Untuk tujuan kontrasepsi yang bersifat permanen
b)      Untuk tujuan pengobatan supaya mencegah terjadinya epididimis
3.      Kontra indikasi :
a)      Infeksi kulit lokal, misalnya scabies
b)      Infeksi traktus genitalia
c)      Kelainan skrotum dan sekitarnya :
1)      Varicocele
2)      Hydrocele besar
3)      Filariasis
4)      Hernia inguinalis
5)      Orchiopexy
6)      Luka parut bekas operasi hernia
7)      Skrotum yang sangat tebal
d)     Penyakit sistemik :
1)      Penyakit-penyakit perdarahan
2)      Diabetes melitus
3)      Penyakit jantung koroner yang baru
e)      Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil
4.      Teknik vasektomi (penutupan vas deferens) dapat dilakukan dengan beberapa cara :
a)      Diikat (ligasi)
b)      Dipotong (vasektomi)
c)      Pakai cincin
5.      Prosedur tindakan vasektomi :
a)      Rambut kemaluan dicukur dan dibersihkan
b)      Desinfeksi kulit skrotum dan daerah operasi
c)      Daerah operasi yang sudah steril dari hama ditutup dengan duk steril
d)     Palpasi dan cari vas deferens pada kantong skrotum, lalu fiksir dengan jari
e)      Beri anastesi lokal pada daerah operasi
f)       Lakukan sayatan kira-kira 1-2cm
g)      Bebaskan jaringan sekitarnya dan pegang vas deferens
h)      Tarik kira-kira sampai batas yang akan dipotong
i)        Pemotongan sekitar 1-2cm
j)        Lalu dijahit
k)      Luka operasi dijahit
l)        Berikan HE perawatan luka, jangan kena air selama kira-kira 1 minggu
m)    Berikan anti nyeri dan anti nyeri
Post vasektomi pria tidak langsung menjadi steril, karena di dalam saluran proksimal vasdeferens dan dalam vesikula seminalis masih terdapat ratusan juta sperma. Karena itu sebelum pulang pasien diberikan kondom yang harus di pakai saat koitus. Pria baru dikatakan steril biasanya setelah 10-15 kali ejakulasi yang dapat dibuktikan dengan pemeriksaan semen.
6.      Kegagalan vasektomi dapat terjadi akibat :
a)      Rekanalisasi spontan
b)      Salah pemotongan
c)      Jika terdapat duplikasi vas deferens
d)     Akseptor bersenggama sebelum benar-benar steril
7.      Keuntungan vasektomi :
a)      Teknik operasi kecil dan sederhana, bisa dilakukan setiap saat
b)      Komplikasi yang ditemukan tidak terlalu berat
c)      Efektifitas hampir 100%
d)     Biaya murah terjangkau masyarakat
e)      Bisa dilakukan operasi rekanalisasi
8.      Kekurangan vasektomi :
a)      Cara ini tidak langsung efektif tapi memerlukan waktu sampai sperma menjadi negatif dalam analisa semen
b)      Walaupun pada prinsipnya dapat disambung kembali namun masih banyak diperlukan tenaga terlatih untuk tindakan tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar